Assalamu'alaykum...

Jika tidak ada manfaat yang bisa diambil, semoga tidak ada mudharat yang diperoleh ketika anda "nyasar" ke sini. Salam santun penuh cinta

Senin, 14 Januari 2013 - , 0 komentar

Obat Keki Itu Jalan-Jalan (Dieng atau Tanah Abang Jadilah)

foto: Telaga Warna Dieng (www.indonesia.travel/id)

Ada seorang teman yang lagi 'stress' terus ngajakin saya jalan-jalan, hehe..Eh tapi, jalannya baru mau bulan depan. Kemana? Ow ow...dia ngajakin ke Dataran Tinggi Dieng. Awalnya sih nolak, males.

Tapi, karena tanggalnya pas banget tuh, sepekan setelah resepsi pernikahan, jadi saya terima tawaran itu. Loh, honey moon dong ya? Heheu....sayangnya enggak karena yang nikah bukan saya tapi uni alias kakak perempuan saya. Nah, dia yang nikah, kemudian saya yang jalan-jalan. Lumayan, obat keki. Hehehe....!

Semoga rencana ini memang jadi dan di ridhoi Allah. Asli....pengen lihat tempat yang katanya seperti negeri di atas awan. Udaranya yang sejuk dan banyak kabut gitu.  Terus semoga bisa lihat anak-anak gimbal yang katanya kalau rambutnya dipotong bisa sakit itu. Bisa lihat sunrise dari atas bukit dan candi. Danau yang warna warni, ada hijau ada kuning. Wah, sudah membayangkan asyik banget pastinya.

Dataran Tinggi Dieng ini ada di Jawa Tengah. Terletak 30 km dari kota Wonosobo , tepatnya perbatasan kabupaten Wonosobo dan kabupaten Banjarnegara. Kira-kira dari Jakarta berapa jam ya kalau naik mobil gitu? O, iya ceritanya kita mau ngegembel nanti jalannya. Ngirit :-p

Ah, semoga jadi rencana ini. Kalaupun ga jadi, tetap kudu jalan-jalan, entah kemana itu. Minimal Tanah Abang lah. Sumpeeekkk...!

Nanti diposting ceritanya kalau sudah sampai Dieng atau Tanah Abang hehe...(padahal kemaren baru shoping ke tanah abang sampai pusing). Cuma dolarnya tidak mendukung jadi kurang puas belanja belanjinya :p

Oke, ke Dieng nya cukup dalam dunia maya dulu. Googling dulu. Semoga bisa dinikmati di dunia nyata. Aamiin....
Sabtu, 12 Januari 2013 - , 0 komentar

Simpatimu Bagai Belati

Ada dua orang perempuan yang telah lama tidak jumpa bertemu kembali di suatu acara. Perempuan yang satu bertanya ke perempuan satunya lagi dengan penasaran yang luar biasa atau mungkin karena rasa simpatinya.

"Kamu tuh nunggu apa lagi sih Za, mau sampai kapan sendirian terus? Aku heran deh, kamu itu cantik pasti ga susah kan buat dapetin cowo?"

Za, perempuan yang ditanya hanya tersenyum misterius. Kemudian menjawab dengan manis.

"Yah, minta doanya saja ya, semoga disegerakan oleh Allah."

( Masalah selesai)

                                                                           ***

Dilain waktu di sebuah reuni sekolah.

"Zaaa, kapan nikah? Inget umur woy! ucap seorang teman sambil tertawa.

"Wah Za, lihat kita-kita dong sudah bawa gendongan semua, awas jadi perawan tua loh! satu lagi temannya berkata sambil mengelus bahunya. Mungkin itu wujud simpatinya.

"Sumpah Za, gue ga ngerti ama elu. Secantik elu masa iya ga ada yang mau. Pasti pilih-pilih nih! Satu lagi ucapan temannya dengan serius dan simpati, mungkin.

Dan siempunya nama Za hanya tersenyum menahan sesak di dadanya.

"Minta doanya saja ya teman-teman."

(Masalah selesai -saat itu-)

                                                                               ***

Di hari raya. Seorang perempuan paruh baya memulai sebuah percakapan.

"Ini lagi si Za, udah tua ga nikah-nikah juga. Nunggu ape sih lo? Ga malu apa nanti diomongin orang-orang jadi perawan tua! Tante heran deh."

Za hanya tersenyum dan menjawab, " doanya saja Tan."

Masalah selesai? Tidak. Masalah baru saja dimulai.

Seorang wanita yang disebut Ibu dengan menahan amarah berkata, "Jadi mau kamu gimana? Saya panggil orang yang lewat di jalan kemudian saya bilang, Mau nikah dengan anak saya ga? Gitu!"

Suasana menjadi hening.  Keakraban dan senyuman hilang. Semua menjadi kaku untuk bergerak.

                                                                        ***

Di sebuah rumah sakit.

"Jangan lupa obatnya ya mbak Za, mbak mesti semangat melawan kanker di tubuh mbak, kita berusaha sekuat mungkin. Harus tetap optimis ya mbak Za. Saya senang melihat pasien seperti mbak Za yang tetap semangat menjalani hari-hari, begini terus ya mbak?" Kita berusaha dan berdoa terus ya mbak. Saya berdoa semoga mbak Za lekas pulih."

"Terima kasih Dok, saya masih semangat kok. Masa baru dikasih kanker aja udah nyerah hehehe..."

"Wah, bagus mbak, begini terus ya.Tetap semangat."

Dalam hati sang dokter berkata, semoga lekas pulih mbak, dan mendapat pendamping hidup yang terbaik.

Kalimat itu diucapkan dalam hati, hanya dalam hati. Kalimat yang lebih mengarah ke doa dan harap.

Kalimat yang diucapkan dengan halus dan penuh rasa simpati oleh seorang dokter kepada Za. Simpati yang sesungguhnya, bukan simpati yang dibuat-buat. Bukan simpati yang membuat sesak di dada. Bukan simpati yang rasanya justru menusuk seperti belati.


The end
                                                               ***

Selasa, 08 Januari 2013 - , 0 komentar

Rasa yang Tak Biasa

Begitu indah dirasa, meski ia tak terlihat. Itulah cinta.
Begitu besar pesonanya, meski tak tak tersentuh. Itulah cinta.
Begitu membahagiakan, menghanyutkan bahkan terkadang meruntuhkan akal nurani. Itulah cinta

Cinta yang datang merupakan satu anugerah indah yang diberikan Sang Pemilik Cinta. Cinta datang bagai air bah menerjang, bagai angin yang membadai dan bagai api yang menghanguskan. Begitu cepat menerjang, menghempas dan meluluhlantakkan. 

Tetapi, Sang Pencipta cinta adalah sebaik-baik pencipta. Ia menciptakan kita akal untuk berpikir dan mengendalikan rasa. Rasa yang memang belum sepantasnya untuk diumbar dan diperturutkan ke muaranya. Rasa yang memang menjadi sengaja diciptakan untuk menguji kita menjadi manusia seperti apa kita. Terkendalikan atau Pengendali rasa itu sendiri.

Jadi jika kini ada yang bertanya, " Kenapa takut jatuh cinta?"

Bukan, bukan aku takut jatuh cinta, bukan juga karena aku tak punya nyali. Tetapi lebih karena ingin membijaksanai hatiku sendiri. Ini semua hanya lebih ke pemenuhan hak dari hati sendiri. Ia belum punya hak untuk mencintai dan dicintai. Ia belum punya hak untuk merasakan manisnya cinta. Kalaupun ada, itu belum penuh. Hak yang ia miliki belum penuh dan sempurna. Nanti, kelak, suatu saat ...

Bilapun kini aku biasa dan menjadi seperti abu-abu, bukan berarti aku tak kuasa untuk belajar kearifan menjadi orang yg luar biasa. Orang yang memenuhi hak hati tepat pada waktunya. Orang yang bersabar meletakkan rasa tepat pada saatnya.

Maka nanti, jika waktuku tiba akan kubiarkan dunia, langit dan lautan yang menjadi mahar dan bahan hantaran hatiku untuk jatuh cinta. Rasa yang tak akan pernah aku biarkan untuk sekedar biasa. Tapi akan menjadi sejuta kali lipat istimewa. Nanti ...

Pages

Entri Populer

Salam cinta

Salam cinta