Begitu indah dirasa, meski ia tak terlihat. Itulah cinta.
Begitu besar pesonanya, meski tak tak tersentuh. Itulah cinta.
Begitu membahagiakan, menghanyutkan bahkan terkadang meruntuhkan akal nurani. Itulah cinta
Cinta yang datang merupakan satu anugerah indah yang diberikan Sang Pemilik Cinta. Cinta datang bagai air bah menerjang, bagai angin yang membadai dan bagai api yang menghanguskan. Begitu cepat menerjang, menghempas dan meluluhlantakkan.
Tetapi, Sang Pencipta cinta adalah sebaik-baik pencipta. Ia menciptakan kita akal untuk berpikir dan mengendalikan rasa. Rasa yang memang belum sepantasnya untuk diumbar dan diperturutkan ke muaranya. Rasa yang memang menjadi sengaja diciptakan untuk menguji kita menjadi manusia seperti apa kita. Terkendalikan atau Pengendali rasa itu sendiri.
Jadi jika kini ada yang bertanya, " Kenapa takut jatuh cinta?"
Bukan, bukan aku takut jatuh cinta, bukan juga karena aku tak punya nyali. Tetapi lebih karena ingin membijaksanai hatiku sendiri. Ini semua hanya lebih ke pemenuhan hak dari hati sendiri. Ia belum punya hak untuk mencintai dan dicintai. Ia belum punya hak untuk merasakan manisnya cinta. Kalaupun ada, itu belum penuh. Hak yang ia miliki belum penuh dan sempurna. Nanti, kelak, suatu saat ...
Bilapun kini aku biasa
dan menjadi seperti abu-abu, bukan berarti aku tak kuasa untuk belajar kearifan menjadi orang yg
luar biasa. Orang yang memenuhi hak hati tepat pada waktunya. Orang yang bersabar meletakkan rasa tepat pada saatnya.
Maka nanti, jika waktuku tiba akan kubiarkan dunia, langit dan lautan yang menjadi mahar dan bahan
hantaran hatiku untuk jatuh cinta. Rasa yang tak akan pernah aku biarkan untuk
sekedar biasa. Tapi akan menjadi sejuta kali lipat
istimewa. Nanti ...
0 komentar:
Posting Komentar