Merah,
kuning, hijau, biru dan semua warna yang tercipta di dunia ini dapat kita lihat
dengan mata. Tidak hanya warna, namun semua benda yang tersusun rapi atau
bahkan berserakan di bumi ini dapat kita lihat. Dengan mata, kita bisa melihat
bagaimana rupa wajah kita dan orang-orang sekitar kita, bagaimana bentuk
hidung, pipi, gigi, bibir, lidah, kaki, tangan, rambut, dan semua anggota tubuh
kita. Dengan mata, kita bisa membedakan seperti apa indahnya kupu-kupu dan
seperti apa pula ulat bulu.
Mata
bisa membedakan antara gelap dan terang, datangnya pagi dan malam. Mata
merupakan organ tubuh yang berguna sebagai alat sensor atau pendeteksi
datangnya cahaya. Cahaya yang dipantulkan benda benda di sekeliling kita masuk
melalui kornea dan diteruskan ke lensa melalui pupil mata, lalu lensa mata akan
memfokuskan bayangan benda agar jatuh tepat pada bintik kuning. Kemudian oleh
sel-sel reseptor rangsangan cahaya tadi
diteruskan ke pusat syaraf pengelihatan di otak sehingga kita bisa tahu benda
apa yang sedang kita lihat. Subhanallah, menarik sekali bukan cara kerja mata
kita? Siapakah creator nya?
Dari
satu saja organ tubuh yang ada pada tubuh kita menunjukkan betapa hebatnya Sang
Pencipta, Allah SWT. Lalu, sudahkah kita bersyukur dan mengucap tasbih akan kebesaran
Nya untuk satu saja pemberian nikmat organ tubuh yang satu ini?
Mata
yang membuat kita dapat memilih pakaian dan sepatu mana yang pantas dan kita
sukai sehingga bisa tampil menarik. Mata yang dapat membedakan mana uang seribu
rupiah dan seratus ribu rupiah. Mata juga yang dapat melihat awan itu putih,
langit itu biru, dan laut itu luas. Mata juga yang dapat melihat mana si tampan
atau si cantik.
Lalu,
sudahkah kita bersyukur untuk satu saja organ tubuh ini?
Kita
seringkali luput untuk memperhatikan
nikmat mata yang di anugerahkan Allah SWT. Kebanyakan dari kita mengucap syukur
hanya saat keinginan kita tercapai atau rezeki berupa materi kita dapat. Saat
gajian, lulus ujian, wisuda, menikah atau yang lainnya barulah kita mengucap
syukur. Padahal setiap detik itu mengalir nikmat untuk kita. Seperti pada mata.
Lalu, mengapa susah sekali kita bersyukur?
Coba
bayangkan, Jika Allah mengambil
penglihatan kita. Tak ada lagi siang, yang ada hanya gelap, malam sepanjang
hari. Tak ada kerlip bintang yang dapat kita lihat, indahnya purnama di
pertengahan bulan yang dapat kita lukis keindahannya pun akan terlewat. Tak
lagi bisa kita lihat rinai hujan yang turun begitu indah membasahi bumi. Takkan
ada lagi. Semua hanya gelap dan pekat. Lalu masihkah kita sulit untuk mengucap
syukur?
Lihat
para tuna netra itu. Mereka berjalan tertatih memukul-mukulkan tongkatnya untuk
mencari jalan yang aman. Sementara kita berjalan dengan congkaknya karena mata
ini dapat membedakan jalan yang berlubang atau tidak. Sungguh, manusia seperti
apa kita. Nikmat Allah mana lagi yang ingin kita dustakan?
Jangan
menunggu dilimpahkan rezeki segunung, emas sekeranjang dan pendamping hidup
yang serba ter, terkeren, tertampan,
tercantik, terkaya dan ter ter lainnya, baru kita mengucap
syukur. Bersyukurlah untuk semua pemberian Nya. Apapun itu, termasuk dari satu bagian tubuh kita
ini. Hanya dari mata saja sudah tak
terhitung nikmat yang kita dapat. Jadi, masih susahkah kita bersyukur?
Dan
untuk semua itu, sudahkah kita menggunakan mata ini dengan baik dan hanya
mengharapkan ridho Nya? Sudahkah kita menjaga mata ini dengan baik? Atau
mungkin sebaliknya, kita menggunakan mata ini lebih banyak untuk maksiat?
Melihat yang haram kita lihat. Begitukah? Na’udzubillah…
0 komentar:
Posting Komentar