Assalamu'alaykum...

Jika tidak ada manfaat yang bisa diambil, semoga tidak ada mudharat yang diperoleh ketika anda "nyasar" ke sini. Salam santun penuh cinta

Kamis, 12 April 2012 - 0 komentar

Mengenal Kembali Kepribadian Aisyah r.a



Setelah membaca ulang kembali tentang kepribadian Aisyah r.a membuat saya instropeksi diri. Sangat jauh sekali kepribadian diri ini dengan beliau.  Memang suatu hal yang lucu jika harus  membandingkan diri yang penuh cela dan hina ini dengan sosok istri Nabi yang sudah jelas menjadi ahlul jannah. Wanita mulia yang mempunyai kedudukan tinggi di bidang akhlak dan etika. Dan sudah barang tentu semua yang ada di diri Ummul Mukminin ini akan menjadi teladan yang baik buat kita. Saya khususnya.

Sosok Aisyah r.a adalah termasuk seorang perempuan yang sangat zuhud dan qanaah.  Zuhud, wara' menyukai ibadah, sederhana, baik dan penuh kasih sayang menjadi kepribadian Aisyah r.a.

Dari sekian banyak akhlak baik yang melekat pada Aisyah, ada 3 hal yang membuat saya takjub dan berpikir bahwa wanita zaman sekarang, termasuk saya  harus benar-benar terus mengingat ini dalam berinteraksi dengan sesama.

Pertama, Aisyah sangat menjaga diri dari ghibah.
Zaman sekarang perempuan mana yang tidak suka bergunjing (ghibah). Bahkan tanpa bertatap wajah saja pergunjingan dan percakapan yang menyakiti hati orang lain bisa terjadi. Dunia maya menjadi ajang ghibah. Teknologi menjadi ajang untuk berbagi -berbagi aib saudaranya- tanpa malu diketahui publik.

Aisyah tidak pernah mau menjelekkan orang lain, hatta itu madunya sendiri. Meskipun pernah terjadi percekcokan atau rasa cemburu antara beliau dengan istri-istri Nabi yang lain, tetapi tak pernah sekalipun Aisyah menjelekkan mereka. Aisyah dengan lapang dada dan luas hati menyebutkan kelebihan dan keistimewaan masing-masing madunya dengan perkataan yang terpuji.

Kedua, Aisyah sangat menghindari pujian dan sanjungan
Aisyah sangat tidak suka dirinya dipuji.Begitu juga jika disanjung di depan umum. Berbeda sekali dengan wanita sekarang  yang selalu haus akan pujian. Tak henti mencari perhatian orang lain hanya sekedar mendapatkan sanjung dan puji. Memamerkan kelebihan diri (kecantikan) di depan khalayak dan melupakan rasa malu.

Pernah suatu saat Ibnu Abbas ingin menemui Aisyah menjelang ajalnya. Tetapi Aisyah tahu bahwa Ibnu Abbas pasti akan memuji-muji sehingga ia menolak kedatangannya. Namun, setelah banyak orang memohon padanya akhirnya Ibnu abbas diizinkan masuk. Dan terbukti. Ibnu Abbas kembali memujinya. Saat itu Aisyah berkata " aku ingin dilupakan orang."

Bagaimana dengan saya? Kebalikan dari Aisyah, sangat suka disanjung dan dipuji. Bahkan terkadang ujub selalu menemani diri ini. Astaghfirullah.

Ketiga, Aisyah adalah sosok pemberani
Aisyah merupakan wanita pemberani. Tak jarang ia ikut andil dalam peperangan yang berlangsung.  Pada saat perang khandaq, Ia turun dari benteng melindungi Nabi, para istrinya, dan anak-anak. Bahkan ia ikut maju kebarisan terdepan.

Perang Uhud pun, Aisyah juga ikut terjun ke medan perang. Saat itu, ketika pasukan kaum muslimin kocar kacir, ia turun langsung memberi minuman pada orang-orang yang terluka, dan mengusung bejana air untuk diberikan kepada para mujahid.

Keikutsertaan aisyah dalam medan perang ini membuktikan keberanian dan sikap heroiknya yang sangat besar. Padahal, kalau dipikir alangkah enak hidup aisyah sebagai istri Nabi. Tinggal tunggu di rumah dan bisa memerintah siapapun untuk memenuhi apa yang diinginkannya. Tetapi, itu tidak ia lakukan. Semua hal ia kerjakan sendiri, bahkan turun ke medan perangpun dengan besar hati ia lakukan.

Bagaimana dengan saya? anda? 

0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Entri Populer

Salam cinta

Salam cinta