Assalamu'alaykum...

Jika tidak ada manfaat yang bisa diambil, semoga tidak ada mudharat yang diperoleh ketika anda "nyasar" ke sini. Salam santun penuh cinta

Sabtu, 21 April 2012 - 0 komentar

Obrolan di Malam Sepi

Malam  menjelang, dan aku kembali menatap  monitor di hadapanku. Satu buah sapaan tampak hadir di Yahoo Messengerku. Seorang sahabat yang senantiasa menemani malam-malamku di dunia maya kembali menyapaku seperti yang sudah-sudah. Sapaannya  selalu penuh keceriaan. 

Dari obrolan-obrolan yang kami lakukan akhirnya aku ketahui bahwa ia sebenarnya sedang dirundung masalah. Pasalnya, sang ayah tidak merestui hubungannya dengan seorang lelaki pilihannya. Padahal lelaki itu sudah berniat melamarnya. Tetapi dalam sedihnya masih kulihat canda-canda yang keluar dari setiap obrolan yang kami lakukan. 

Dari setiap kalimat yang terlontar, ia begitu bijaksana. Mencoba menyerahkan semua urusan pada Yang Maha Kuasa. Tak sedikitpun mengeluhkan sang ayah yang tidak mengerti juga akan pilihannya. Baginya apa yang diputuskan sang ayah adalah yang terbaik bagi kebahagiaanya.

Tetapi bukan berarti ia menyerah begitu saja. Usaha untuk melobi sang ayah tetap dilakukan dan menyerahkan hasilnya hanya pada Allah. Apapun keputusannya ia akan ridho. Keyakinan akan semua keputusan Allah yang terbaik begitu kuat.

Aku merenung lama, inikah yang namanya ikhlas dan tawakkal. Tak ada keluhan yang keluar. Tak ada kata-kata menyalahkan. Tak ada sama sekali. Begitu indah.

"Apapun nanti keputusan papa, aku ikhlas. Papa pasti juga menginginkan kebahagiaan buat aku. Papa ga ingin aku menderita. Meski alasan papa ga masuk akal buatku. Biarlah Allah yang menentukan semuanya."

"Tapi kan, alasan papa benar-benar ga masuk akal. Coba deh di rayu lagi." jawabku saat itu.

Aku tahu alasan itu sungguh-sungguh tidak masuk akal. Menurutku sang ayah hanya mencari-cari alasan karena memang tidak suka dengan lelaki pilihannya. Itu menurutku. Semoga ini salah.

"Ikhtiar tetap aku lakukan. Meminta bantuan adik-adik juga aku lakukan. Tetapi kan kita cuma berusaha. Allah yang menentukan hasilnya. kalau akhirnya aku tidak bisa menikah dengan dia, ya sudah. Pasti ada jodoh lain yang telah Allah siapkan untukku."

Lagi-lagi aku tercenung.  

Aahh...jauh sekali denganku. Semua hal yang tidak sesuai dengan keinginanku pasti akan terlontar dari bibir ini untuk mengeluhkan semua orang yang tidak mendukung atau menyudutkanku. Orang tua atau siapapun tak luput menjadi orang yang aku salahkan untuk setiap hal yang terjadi dalam hidupku.

Ikhlas. Satu kata yang begitu mudah dilafalkan namun begitu sulit dijalankan. Di universitas manakah harus kupelajari ilmu itu supaya cepat bisa aku terapkan dalam hidup ini. Dan kini aku melihat ilmu itu ada padanya.

Lama terdiam, kembali aku sampaikan satu kalimat untuknya.

"Semangat ya. Toh tujuan dan ambisi hidup ini bukan hanya sekedar untuk menikah kok." Jawabku sambil menambah emoticon senyum.

Kalimat itu aku sampaikan karena  aku pikir bisa menenangkan dirinya. Ah, tapi sepertinya tak perlu. Karena ia begitu tahu harus bagaimana memanage hatinya malam itu. Kembali mengingat diri ini. Bukan hanya keluhan, tetapi air mata yang tumpah ruah menghias setiap malam jika sedang dirundung masalah.

"Papa juga bilang begitu lho...." balasnya dengan emoticon tertawa.

Kemudian lanjutnya.

"Orang tuaku kan tinggal papa, jadi aku ingin buat papa bahagia. Itu saja cukup bagiku."

Aku tersenyum. Ohh, betapa hebatnya dirimu saudariku. Lagi-lagi keluhan itu tidak ada. Mataku menerawang mengingat semua kalimat keluhan yang aku lontarkan padanya untuk masalah yang aku hadapi. Dalam diam aku  malu. Malu pada-Nya dan padanya.

Obrolan di malam sepi ini tidak hanya membuat kita semakin erat menjalin persahabatan, tetapi juga membuat aku belajar banyak. Keluhan. Semoga tak sering terlontar dari bibir ini. Terima kasih saudariku. Aku belajar darimu. Ingin kukatakan satu kalimat untukmu malam ini. "Aku mencintaimu karena Allah."




0 komentar:

Posting Komentar

Pages

Entri Populer

Salam cinta

Salam cinta