Assalamu'alaykum...

Jika tidak ada manfaat yang bisa diambil, semoga tidak ada mudharat yang diperoleh ketika anda "nyasar" ke sini. Salam santun penuh cinta

Jumat, 28 September 2012 - 2 komentar

Terbersit Ingin Menghapusmu Jadi Teman, Bunda

Setiap catatan yang beliau tuliskan tentang buah hatinya selalu membuatku menangis. Entahlah, rasanya ada kekuatan disetiap untaian katanya yang kubaca. Kekuatan yang justru membuat otot mataku melemah dan akhirnya mengalirlah buliran bening di mata.

Bunda, demikian aku memanggilnya. Seorang teman di Facebook yang aku hormati dan aku kagumi. Padahal sekalipun belum pernah berjumpa. Bagiku beliau tidak hanya seorang teman, kakak atau ibu yang baik, tetapi juga seorang Murabbi bagi semua orang yang mengenalnya, termasuk aku.

Bunda yang dua tahun lalu kehilangan putri tercintanya secara tiba-tiba. Ya, semua catatan tentang putrinya inilah yang selalu membuat air mataku tidak pernah izin dulu untuk keluar. Spontan saja. Selalu begitu.

Setelah membaca biasanya aku akan membayangkan bagaimana rasanya jika diposisi beliau. Aku yang orang lain saja bisa bercucuran air mata disaat membaca semua catatan tentang Fahrin, putrinya. Apalagi sampai menuliskannya. Aku yakin beliau juga terus mengusap air mata yang jatuh disetiap kata yang terlontar ketika mengenang putrinya.

Dan seperti pagi ini, beliau berhasil membuatku menangis lagi. Maka ingin aku sampaikan perasaanku pada beliau di sini. Ya, cukup di sini, karena kami belum pernah berjumpa. Semoga beliau tidak lantas membenciku.

Bunda,
Aku si cengeng ini tiba-tiba benci denganmu Bunda. Aku si perasa ini tiba-tiba benci denganmu Bunda. Aku benci ketika harus membaca semua tulisanmu yang membuatku menangis. Aku benci ketika tiba-tiba membayangkan aku ada di depanmu dan melihat engkau sedang  memandangi foto Fahrin. Air mata ini Bunda, air mata ini terus melesak keluar. Aku benci menangis, saat ini. 

Tiba-tiba terbersit akan me-remove mu jadi teman. Bukan karena aku tidak suka  dengan sosokmu Bunda. Tetapi justru karena sayangku semakin berlipat. Aku hanya ingin jujur, bahwa engkau selalu membuat aku menangis. Dan aku benci itu. Aku benci menangis, Bunda.  Saat ini, aku benci menangis.

Aku ingin me-removemu jadi teman, supaya tak kubaca lagi kesedihanmu.

Aku ingin me-removemu jadi teman, supaya tak lagi  kubayangkan duka di raut wajahmu ketika ia meninggalkanmu.

Aku ingin me-removemu jadi teman, supaya tak lagi air mataku mengalir membaca setiap rindumu padanya. Ah, sepertinya aku cemburu. Bukan, bukan itu Bund. Aku hanya benci menangis saat ini. Saat ini!

Tapi itu semua tidak mungkin. Tidak akan. Tidak akan pernah aku menghapusmu menjadi teman. Baik dari list pertemanan atau di hati ini. Ukhuwah ini yang mungkin belum sempurna, ( karena aku belum benar-benar bisa menyentuhmu) ternyata begitu melekat di sini. Di hati ini.
 
Maaf untuk kalimat jujurku saat ini. 

Semoga rindu yang menyapamu semakin membuatmu menjadi wanita kuat. Semoga rindu yang kau rasakan mampu membuatmu tegar. Semoga setiap rindu yang kau tuliskan membuat kami yang membacanya menjadi orang hebat sepertimu. Maka, biarkanlah saja aku jika menangis membaca setiap rindumu. Karena di setiap rindu yang kau bagikan, meski ada air mataku yang jatuh, selalu ada pelajaran hidup yang aku petik.  

Jadi, tolong biarkan sajalah 'benci tiba-tiba' ku. Benci yang sedetik hadir dan kemudian pergi karena air mata yang jatuh karena rasa sayangku padamu.

Ana Uhibbuki Fillah, Bunda.



2 komentar:

Posting Komentar

Pages

Entri Populer

Salam cinta

Salam cinta